Senin, 27 Februari 2017

Keep dreaming or keep moving?

Many people complain about their life. They feel like they are the one who feels it instead everybody feel the same way. Iya, banyak yang mengeluh kalo hidupnya gak sempurna. All i know that nobody's perfect. Tetep aja orang ngebandingin hidupnya sama hidup orang lain termasuk gue. Gausah munafik kalo kita pasti mau jadi orang lain. Si "A" mau jadi "B", si "B" mau jadi "C", si C mau jadi "D" dan terus aja sampai Naruto naik awan kinton buat nyerang negara api. Terus Naruto kongkalikong sama Goku buat nyerang Avatar *jadingawur

Back to the topic, orang ngeluh hidupnya gak sempurna, kayak beli mangga tapi belum mateng, asem. Entah kebanyakan nonton film jaman sekarang yang memperlihatkan kemewahan atau kebanyakan nonton film India yang pemerannya multitalenta bisa nyanyi sambil joget bareng. Gue bingung, kenapa gue mau jadi kayak si "B"? padahal si "C" lebih keren, padahal si"D" lebih ganteng, padahal si "E" lebih kaya. The point is, whoever you've become, you'll never be perfect because perfection isn't existed. Gak ada yang sempurna, bahkan cewek cantik aja kentutnya bisa bau atau bulunya berketek. Eh, keteknya berbulu.

If you want to achieve something, you have to work hard to get it. Gue nulis ini bukan gue berarti sok bijak, bukan berarti gue pinter dan bukan berarti gue sahabat super. Gue nulis ini karena gue juga ngerasain hal yang sama. Kebanyakan mikir bukan malah kita dapet solusi. That's why need to act. Bingung mau mulai dari mana? Sama, semua orang juga bingung. semua orang juga mau sukses tapi entah kurang usaha atau kurang doa.

Ketika lu masih hidup, ketika lu masih bernafas, just do whatever you want. 

Intinya (lagi), no matter what you do in life, you have to do it seriously. Even, ketika lo motong bawang, lo bakal terluka kalo gak hati-hati. Jadi, apapun yang lu lakukan, dapet duit atau kagak, terkenal atau kagak, kalo lu lakuin dengan hati senang, lu bakal ngerasain sesuatu kepuasan dalam diri lo.

Oke cukup jadi orang orang pura-pura pinter.

*kebangundaritidur


Sabtu, 25 Februari 2017

A man with unexpected decision

Last week, I watched a movie that I've never seen before. I meant that the movie was unexpectable. Yes, the movie I watched was called as "INTO THE WILD". I accidentaly searched on google a traveling movie so I got this movie. This movie isn't just about traveling, but also meaning of family. Family is supposed to be the shelter to the kids. Family is supposed to be a place where kids have some advice from their parents. Parents are supposed to be children's guardian. Parents are supposed to be children's role models.


Kepribadian anak tergantung dari pola asuh orang tua. Cara orang tua mengasuh, menyayangi dan mengasihi. Mereka seharusnya melakukan hal yang benar agar menjadi panutan anaknya. Orang tua harus mengajarkan anaknya hal hal yang akan berguna untuk masa depannya. Orang tua harus mendidik dan merawat anak mereka.

What if Orang tua melakukan hal yang berbeda?
What if Orang tua memberikan dampak buruk terhadap anaknya?
What if Orang tua membiarkan anaknya mengetahui hal-hal yang buruk yang sedang terjadi?

Inilah yang terjadi di film ini. A story of an introvert guy who wants to conquer Alaska. A story of a vulnerable guy who needs a real relationship. A story of  a young man who wants to be concerned.

Abusive relation which he felt benar benar membuat dirinya hancur. Tidak mengerti apa artinya rasa kasih sayang, tidak mengerti apa artinya kekeluargaan. Lebih dari sekedar menaklukan Alaska, Cristopher (baca : nama asli) menginginkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Perhatian yang memang ia tidak dapat semenjak kecil. Perhatian tentang kasih sayang, bukan tentang uang atau segala macamnya. Perhatian yang memberikannya motivasi untuk memiliki kehidupan yang lebih baik.

Terlepas dari gelar yang diraihnya, Cristopher menginginkan arti dari orang tua sesungguhnya. Dia tidak memerlukan uang melainkan kasih sayang.

Itulah hal yang membuatnya kabur dan memutuskan jika alam adalah keluarga sesungguhnya. Keluarga yang dapat memberikan tempat berteduh dan keluarga yang selalu berada dimanapun dia inginkan. Dia pergi meninggalkan semua kemewahan termasuk, mobil kuning tua yang dicintainya. Membakar semua uang dan menanggalkan kamarnya yang nyaman demi bertemu dengan keluarga sesungguhnya.

Menuju ke alam bebas merupakan keinginan yang sudah lama diinginkan olehnya. Bagaimana dengan keluarganya? Mereka mencari Chris yang hilang. People might change when they have lost someone.

Orang tua Chris akhirnya menyadari kesalahan. Chris membutuhkan kasih sayang namun sudah terlambat. Chris sudah pergi bersama angin, mengikuti arah matahari dan menuju ke tempat yang dia impikan. Keluarganya merenung karena kesalahan dan kecerobohan yang mereka buat sendiri.

After few months even few years, Chris was found in the bus. Iya, Chris meninggal di dalam bus dengan memegang perutnya yang sangat kurus. Chris akhirnya meninggal karena kelaparan yang ia alami. Namun, akhinya dia menyadari jika keluarga sesungguhnya harus saling berbagi, bukan saling bergantung. Penderitaan yang ia alami ditulis dalam sebuah buku.


Sesaat sebelum meninggal, Chris, yang pada waktu itu menahan lapar, mengambil sebuah kayu usang. Jari jemarinya mengambil sebuah silet dan menuliskan sebuah kalimat yang seharusnya ia sadari. Kalimat yang bermakna berbeda jika ia mempercayai kehidupan sesungguhnya. Kalimat yang harusnya menghilangkan semua rasa ego dalam dirinya.

" LIFE IS REAL WHEN SHARED"

Chris menyadari kesalahannya namun, keluarga mereka juga harus disalahkan akibat kematiannya.

For parent's advice, you have to protect your children not to let them go. You have to tell them the right way, not the wrong way. You have to make them be happy not be sad. And the most important thing is Kalian, para orang tua, harusnya menyimpan masalah kalian dalam-dalam. Jangan biarkan anak kalian mengetahui masalah yang kalian perdebatkan.

Anak akan merasa terguncang apabila mereka tidak dapat menanggung beban yang tidak bisa mereka pikul. Bermain adalah dunia mereka, Taking parent's burden must be avoided.










Kamis, 16 Februari 2017

Can people live alone?

I've never thought that people could live alone before. Eventhough you are an introvert, you couldn't just dissapear from the world and create the world that you want to be. Person who will do this is the craziest person alive. People should live together, help each other and get married with the one he loves. It seems like crazy to think of being alone in this world.

In fact, I watched an interesting based on true story movie which explain how to be alone in the world. It was 'INTO THE WILD'. A young brilliant guy who graduated from well-known university with great GPA took off everything he had. He believed that people should live alone, that's why he ran away to Alaska. He left all of his luxury and comfort because of his fate.


Now, do you think people can live alone? I don't guess so. In the end of the movie, Cristopher McCandles (A guy who ran to Alaska) realized that people couldn't live alone. Why? Because while he was starving to death in the "magic bus", he wrote a message to people. 

He wrote, "Happines is real when shared". Yappp, you are right. In the end of his life, Cristopher McCandles eventually understood the meaning of life. Person is a social creature. They have to stick together in one circumstances. Many people are too stubborn to understand that. When your heart control your head, everything could be happened. You could do something crazy when you lose your mind. 

Just because you are an introvert or able to do anything by yourself doesn't mean you can live longer.

 


Minggu, 12 Februari 2017

Does gadget truly invade our life?

Have you ever thought how lovely this life is without gadget?
Have you ever turned your sight away from your gadget?
Is there no other reason to talk normally than chat in your gadget?

If gadget were never existed what would be happened? It doesn't matter, you could be a normal person.
If people didn't live to help each other what would be happened? You'd die. 

In this age, If there's an accident, people will take a picture first, upload to the social media after all of those, they will help you then. 
Oh come on!! you could die first before they upload it.

Lately, I've boarded the train for couple times. I decide to use public transportation because I want to see different side of life. I am completely sick of the traffic jam which piss me off. "Perfection is just a dream". It doesn't matter what you choose, there will always be worse thing in it. Speaking of train, Unloaded passengers and lack of train are the hardest thing to be solved. Consequently, there are many delays are inevitable.

Here's the story begins...
I am a guy who likes paying attention everything I can see like a beautiful girl, an old man, a funny guy or whoever they are on the train.


Most of people on the train are busy staring at their fancy phone. They even don't care about an elderly who needs a place to sit. Their gaze was stoned, even with their friend by their side. No matter how many friends you have in social media, they will never be your real friend in real life, real time. I've seen a guy who sat in the priority seats and listened the music didn't care about pregnant woman standing in front of him. He was just pretending to sleep, Oh my god!! what the hell is happened with humanity. We are supposed to control the gadget, not to be controlled. Nowadays, people are typing person not communicating person. Their true behaviour has been erased because of gadget. Technology makes us be an anti social.

It turns out  that people couldn't stop staring at their gadget, even in toilet or private room. Having gadget has been a lifestyle that couldn't be avoided. At home, when we want to sleep, we turn the lights off, but we turn the phone on. We say, "I check my social media for 15 minutes", but we unconsciously stay awake for 1-2 hours, how pathetic it is.

When we have lunch together with friends, what are we doing? Talking? I am not sure. Scrolling down the gadget instead of talking with friends is the important thing to do. The real life has gone and now, it's been invaded but we just couldn't see it.


Although you are with your closest one, you will deny them. When we forget to charge our gadget, we are stressed and confused what to do. We've forgotten how to make a conversation. We just sit in the table, do nothing and watch your closest one are busy with their gadget (I feel it tho).

The pattern I made:
No Phone = Life is on
Phone, but no battery = Feel unlucky (disaster)

Being famous in social media doesn't mean you have many friends in real life. Sometimes people could share anything without thinking of any limitation. Even, when you try to connect each other in real life, you aren't able to talk because you don't get used to it.

Hoax spreads rapidly and tears us apart. We can't figure out the truth because we are blinded by all of hatred which is shared by irresponsible people. Freedom of revealing statement has been misinterpreted by judging everyone whom they think they make mistake. It must be stopped, people must think clearly. We've been making big mistakes.

After judging everyone, you argue something that you don't know what it is, as if you were an expert in it. You even don't know what the recently issue is. All you know that you want to show off yourself to everyone.

Your "emoji" in social media is a liar to cover up your true feeling.


You might type "HAHAHAH" or "WKWKWK", but you don't feel it in real life. 

Whatever you do, wherever you are, you will refresh your social media's timeline if you even just have 5 seconds. Conscious or not, people will accidentally take their in the pocket and pull something out of it. Gadget is in your hand then you stare at it for a while then do something for couple of hours.


Gadget could be our friend or enemy, yet we have to make sure that we can take care of it. Sometimes people are fooled by gadget. They would tie themselves up in the chain. Like a dog, People would stay for a couple of hours to re-charge their phone.


I've made this article not just for everyone who reads it , but also myself. Nobody's perfect, but reminding each other is the good advisor, isn't it?

I also dedicate this article to all my friends who know me. Please, turn your phone off when we are in the middle of conversation. I am not acting like I am the best one, but I always see that everybody take their phone when we have something to do, except me.

To everyone who read this article, We are supposed to have a real communication, talk to each other and not stare at the phone in the whole day.

To everyone who read this article, thanks for reading this article, you can share if you think this article is worth.

@fry_andr




Selasa, 07 Februari 2017

Exploring the lost Waterfall "Ciheulang" #3

Sesampainya di rumah kosong diatas air terjun, gue pikir kalo air terjun udah ketemu. Ternyata, pencarian baru "benar-benar' dimulai. Tekstur tanah yg licin ditambah sama tanah yg lembah terus dikombinasikan dengan jalan setapak yg dibuat seperti "sengkedan" kebawah, menambah "creepy" perjalanan yg gak usai- usai. Sebelum gue dan rombongan "ibu-ibu haji" pada turun, gue sempet ngajak lagi kelompok "yg tega" ninggalin gue sama "ibu-ibu haji". Tapi, mereka gak mau dengan alasan jalan susahlah, jalan licinlah, capek lah, fak lah!! bener-bener rombongan kampret itu !!

Dengan enaknya mereka bilang, "gak usah turun, jalan kebawah licin, susah takut ngilang". Dalam hati gue bilang, "EH KAMPRET !! 2-3 jam gue dateng sejauh ini, dan malah gak boleh turun dengan alasan gitu!! gue takut juga sebenernya". Tapi, karena perasaan dongkol dan merasa "humiliated" gue turun dengan beberapa orang yg emang mau turun, kecuali cewek yg "keseleo" kakinya. It was trully horrible situation. Mulai melangkahkan kaki setapak demi setapak, menuju ke bawah. Bener bener sunyi dari suasana manusia, yg terdengar hanya kicauan burung dan suara alam yg gue gak bisa definisikan dengan kata-kata. 

Air terjun edan, ditempat edan dan yg gue bawa cuma duit goceng? INDOMARET MANA INDOMARET!! gue dongkol kalo keinget disuruh bawa uang dari pada bawa minum. Hal yg bakal keinget kalo mau jalan jangan lupa bawa minum. Mending bawa botol kosong dari pada bawa goceng dikaki gunung. Suara air terjun bener bener terdengar jelas, namun jalan yg bener bener masih terisolir bikin gue dan yg lainnya bingung. Seharusnya kalo ditempat yg jarang didatangi, ada bekas-bekas kaki tapi ini bener-bener gak ada. It seemed like no one people were there. 

Gue deskripsikan sedikit tentang hutan ini. Perjalanan kami menurun seperti menuju ke lorong bawah tanah. Jadi gue dan yg lainnya jalan turun ke bawah, namun berputar putar seperti menaiki tangga. Cukup jauh perjalanan menuju bawah. It took more than 15 minutes. Perjalanan masih belum selesai karena kami berhenti di antara dua persimpangan yg bikin pusing. Jalan pertama masih lurus ke depan, namun jalan agak licin dan curam. Jalan kedua, kami belok arah dan menuruni jalan ke bawah.

Gue liat ke atas, everything looked creepy down here with its vine which was filled in any side of this woods. Pemandangan yg insanely amazing, tapi cukup berbahaya karena kalo hujan deras turun, longsor kemungkinan terjadi. Tekstur tanah yg basah emang menjadi faktor utama terjadinya longsor. " I don't want to think any something like that", I Thought. Gila, perjuangan kesini aja sampe mau masuk ke gunung Gede Pangrango, masa iya mau balik tanpa ngeliat curugnya. Kayaknya, hal gini gak bakal terjadi kalo rombongan depan kagak "egois" jalan ke curug duluan dah hahaha.

Kami memilih jalan yg kedua, yaitu jalan menurun kebawah. Oke, The first choice might be false. Ternyata bener...... bener SALAH !! jalan ke bawah emang ada kayak kotak penampungan air dan juga aliran yg mengalir kebawah, namun itu bukan sumber airnya. Ternyata, sumber air yg bener adalah jalan yg satunya. Gue dan yg lain akhirnya balik areah terus masuk ke jalan kecil yg satunya. Jalan tersebut kayaknya bener terdengar dari sumber air yg mendekat tapi makin ke dalam perjalanan makin ekstrim.

Jalan setapak akhirnya beujung juga. Kami sampai di tempat tujuan air terjun Ciheulang. Dan akhirnya gue liat juga curug itu dengan susah payah. Air terjun ini bisa dibilang liar namun ada sebuah plang yg menunjukkan nama dari air terjun tersebut. Air terjun tersebut hanya memiliki satu mata air yg tingginya mencapai 5-6 meter cukup tinggi dengan air yg lumayan deras. Curug ini tidak terlalu besar dan luas. Akses yg sulit dan jarak tempuh yg lumayan membuat urat kaki nongol. kayaknya menjadi faktor utama kenapa curug ini tidak berpenghuni. Ditambah lagi dengan tempatnya yg rawan longsor, mungkin membuat orang mengurungkan niat buat datang kesini.

Berakhir dengan antiklimaks. Ambil foto, main air dan Pulang.....
Gak ada hal yg menarik, emang karena curugnya gak terlalu besar dan sepi.
Unpopulated also..

Jika kalian berpikir cerita ini udah selesai, you guys are totally wrong. Ternyata ada pelajaran lain yg bisa di dapat dari perjalanan yg bikin kesel gini. It's all about friendship. When you do this thing like this, you'll see who your friend is. Many people say, "going to the mountain with your friend, and you'll know who they truly are". Karena ini menurut perspektif gue, jadi gue bisa ngomong apapun karena itulah sifat mereka. 

Sabtu, 04 Februari 2017

Exploring the lost Waterfall "Ciheulang" #2

Biar bacanya gak gantung, baca dulu part #1 nya gaes.
https://moneylesstraveler.blogspot.co.id/2017/02/exploring-lost-waterfall-ciheulang-1.html

Nah, setelah sampai di bukit teh yg luas banget, grup pencari air terjun dadakan ini pun terpisah. Beberapa cewe mulai angkat tangan dan beberapa lagi ada yg maksa buat nanjak padahal udah gak kuat. Yah, terpaksa harus jadi guide beberapa cewe "pura-pura perkasa" menuju ke air terjun nya.
Ada yg kuat dan ada pula yg ngeselin (ditungguin gak mau, tapi pas ditinggal ngomel-ngomel) *woman's logic tho. Jenis cewek kedua yg gue sebutin tadi, bener-bener bikin emosi tingkat dewa.

Ada quote yg mengatakan "Cara mengetahui sifat asli teman adalah dengan naik gunung", jangankan naik gunung, nyari air terjun ini aja gue udah bisa menebak sifat sifat asli temen gue. Mulai dari pemalas, anak laperan. capean, egois, all of bad things would be revealed in the moment like this. Jalan di bukit teh yg luas, tanpa seorang pun bawa air minum, sama aja kayak lo di padang pasir tapi dengan suhu dan cuaca yg berbeda. bedanya, lo gak bakal ngerasain yg namanya fatamorgana.

Gak terasa perjalanan di bukit teh itu udah lebih dari 1 jam dan rombongan tiba-tiba berpencar. Rombongan paling depan berisi 3 cowok dan 1 cewek yg paling "curious", jadi mereka gak mau menyia-nyiakan buat berleyeh-leyeh sambil ngeliatin pemandangan bukit teh. Sementara di rombongan dibelakang, terdapat beberapa wanita yg jalannya agak lama (mungkin karena capek atau haus). Sebenernya, rombongan depan difungsikan sebagai penunjuk jalan, tetapi karena jauhnya jarak antara rombongan depan dan belakang, rombongan depan menggunakan ranting panjang agar rombongan dibelakang dapat memberikan petunjuk.

Shit happened, kami berhenti di sebuah gubug ditengah bukit yg sepi. It was compeletely quite, no sound or echo, hanya ada beberapa orang yg naik turun sambil membawa motor bebek dijalan berbatu. Rombongan depan udah hilang, entah kemana mereka ngilang. Gue bersama rombongan kocak yg di setiap waktu selalu berpikir positif wkwkkwkw. 10 menit berjalan, lagi lagi kami berhenti di sebuah rumah yg berada di kaki gunung. ketika gue menghadap belakang, yang gue liat cuma pemandangan indah. It was awesome place with its view.

Lebih dari 2 jam perjalanan, akhirnya kami bersua dengan air minum. Uang yg ternyata ada di kantong bener-bener gak berlaku disini. Indomaret atau alfa mart yg dijanjikan hanya isu belaka. Semakin kami berjalan ke depan, yang kami lihat hanya sawah yg digarap oleh para petani di kaki gunung gede pangrango. Satu teko teh tawar panas ternyata masih kurang, bahkan ada seorang oknum yg membawa botol kosong dan me"refill" botolnya, sangat kurang ajar !! hahaha.

Sementara kami duduk di rumah warga, rombongan depan sudah menghilang entah kemana, berharap tidak dimakan macan. Ada cerita aneh yg terjadi sepanjang perjalanan pencarian air terjun ini. Ketika di kebun teh, kaki temen gue ada yg keseleo. She could even barely walk, akhirnya dia berjalan sambil di bantu. Masih ada beberapa kejadian aneh yg bener-bener gak masuk di akal. Mungkin karena kami menuju ke air terjun yg jarang dikunjungi.

Kami pun berjalan dan semakin mendekati air terjun. Suara sumber air sudah terdengar, namun yg dilihat hanya jalan yg sama seperti 3 jam kami bejalan. Padang rumput, tanaman warga dan beberapa petani yg sedang menggarap sawahnya. Tak terasa kami berjalan di jalan yg semakin mengecil, kemudian kami bertemu sebuah gubug kecil yg berisi seekor anjing. ANJING DI TENGAH HUTAN !! . Sampai sekarang masih menjadi misteri anjing siapa itu.

I thought we were lost. Suara sumber air mengilang menandakan kami pun hilang (tersesat). Lagi lagi kami bertemu sebuah gubug kemudian gue mencoba mendekati dan memanggil orang dalam gubug tersebut. Sial, anjing yg menggonggong membuat gue memutar badan dan berlari balik mengurungkan niat buat nanya sama si "kampret"dalam gubug. Ada sebuah tanda yg bener-bener kalo berpikir kita udah nyasar


Make sepatu running, baju biasa dan tanpa persiapan (hanya uang 5ribu dikantong) kami melihat plang diatas. Oh boy, AIR TERJUN MANA YG ADA DIATAS GUNUNG !! WE WERE COMPELETELY DEFINITELY LOST !! (oke gue sampe pake 2 adverbial gitu) . Bodohnya, kami terus berjalan sampe bertemu dengan sebuah jembatan yg dibuat dari 2 buah batang pohon dan dibawahnya terdapat jurang yg didalam. 

7 perempuan dan 1 laki-laki, and you know who would go first. Dengan sok berani, gue nyebrang dan gue cuma liat jalan setapak yg semakin kecil, bener-bener pengalaman yg edan. Karena kemakan film, yg terpikir dalam otak gue gimana kalo ada suku lokal yg suka makan manusia kaya difilm wrong turn? I must've been dead there. Akhirnya, kami berputar arah dan balik. Sementara di rombongan depan, mereka dengan asiknya sampai di air terjun tanpa memikirkan kami yg tertinggal. TEMEN MACAM APA KALIAN!! . Rombongan gue balik dan udah menyerah. Kami memutuskan untuk jalan pulang. Tiba-tiba kami melihat rombongan depan si kampret udah pada nyuci kaki sehabis dari air terjun. 

Rupanya kami kelewat beberapa ratus meter dari air terjun. Jadi air terjun yg kami cari berada diluar jalan yg biasa dilewati. Ada jalan kecil menuju kebawah yg cukup curam. Nah, ditempat tersebut, ada rumah kecil yg sepertinya menjadi tanda kalo dibawah situ ada air terjun. Rumah tersebut sepi tidak berpenghuni. 

Selanjutnya ...........
Tunggu chapter ke-3 "perjalanan mistis turun ke air terjun"





Rabu, 01 Februari 2017

Exploring the lost Waterfall "Ciheulang" #1

Waterfall is supposed to be a good place to take a selfie or savor the beauty of waterfall. Masalahnya, gimana kalo lo nemuin air terjun yg mungkin belum banyak orang kunjungi, weird, isn't it?
Ada sebuah curug di Cipendawa, daerah sekitaran hutan perbatasan dengan Gunung gede Pangrango. Nah, disitu kalo lo jalan menelusuri hutan tersebut, lo bakal nemuin air terjun Ciheulang. Sebenernya air terjun ini sama aja kayak air terjun lainnya. Namun, there are few horrible but hilarious accident when I got there. Misteri perkataan penduduk lokal yg katanya cuma 15 menit dari villa juga masih jadi pertanyaan (?).

Trying to search google, you'll not find many photos. Yap, cuma ada beberapa foto aja tentang curug ini. Itu juga udah tercampur sama foto dari curug lain. Bisa dibilang curug ini kayak upil yg nyempil which is sort of hard to find hehehehe. Air terjun ini, pernah gue kunjungi bersama teman satu kelas, pas gue mengakhiri semester 6. Berniat buat having fun and refreshing our mind (tetep fun sih) tapi, ada beberapa momen kocak dan creepy tentang perjalanan ke air terjun yg KATANYA PENDUDUK LOKAL CUMAN 15 MENIT !!! HAH!!!. Kenyataan emang gak pernah sama kayak yg kita harapkan sih hehehe.

Gue inget kalimat penting pas temen gue tanya tentang jalan menuju ke curug tersebut.

My friend said, "where is the nearest way to the  waterfall?,"
Local person said by pointing his finger "Just following the white roof,"

Oke, jadi kita semua mulai perjalanan menuju air terjun itu.

Ketika kami lagi bersiap siap, there was a moron conversation about having money or drinking water. Beberapa laki berkumpul di ruang depan, membahas tentang hal bodoh yang akan dilakukan di air terjun. Kami, pada awalnya, tidak tau kalo air terjun yg akan didatangi adalah air terjun yg belum dikelola oleh penduduk sekitar (sepertinya tidak akan pernah dikelola).

Temen 1 bilang,"Mendingan bawa air minum apa bawa uang aja ya?"
Temen 2 jawab dengan jawaban antara bodoh dan polos,"ngapain sih bawa minum, bawanya ribet. Mendingan kita bawa uang aja nanti kita bisa beli minum disana,"
(percakapan ngelantur itu akan sirna ketika mereka sampe ke tempat tersebut)

As people always said "regret always comes late"
Ungkapan yg tepat buat mereka yg lebih memilih buat bawa uang dari pada air minum.

Kami mulai dengan keluar dari villa menuju ke jalan kecil kearah rumah atap putih yg di kasih tau sama mas-mas penduduk lokal. Sampai dirumah beratap putih, kami cuma disuguhkan sama jalan kecil yg belum beraspal. Jalanan berbatu kerikil dan menanjak ini, jadi hal yg biasa buat para penduduk lokal, especialy for old people. Gue ngeliat banyak kakek dan nenek membawa berkarung-karung rumput. Entah untuk pakan ternak, atau apalah, yang pasti mereka cukup kuat buat bawa barang yg mungkin anak muda jaman sekarang banyak ngeluh (termasuk gue) untuk ngelakuin lagi. Terlebih, jalanan licin, setapak yg harus mereka lewati gak mudah. Salute for them !!

Back to the topic, perjalanan "gila" masih dilanjutkan dengan melewati banyak tanaman dan tumbuhan yg ditanam oleh warga sekitar. Seperti, kubis, kol, tomat, singkong, ubi dan macam lainnya (lebih lanjut mending baca di trubus). Jalan setapak melewati tanaman yg dibentuk secara sengkedan membuat perjalanan kami lebih berwarna (dengan kata lain "berbahaya"). Jalan semakin mengecil ketika kami tiba di sebuah tempat yg disatu sisi menjorok kebawah karena ditanami oleh tumbuhan. Video yg bakal gue upload nanti, bisa buat menggambarkan "berwarna" -nya perjalanan yg kami lakukan.

30 menit kami berjalan, tidak terdengar sumber air karena memang tempat tersebut masih jauh dr air terjun. It was like terrible, horrible, impossible destination to go. Perempuan mendominasi dalam perjalanan kami sangat terasa, ada beberapa yg minta berhenti, minta di gendong, minta makan, minta minum, banyak permintaannya kayak kebanyakan cewek jaman sekarang hehehe. Di satu sisi kami (para jantan) sangat kesal, sisi lainnya kasian (kasian deh lo!).

Perjalanan kami akhirnya benar benar berhenti ketika kami sampai di kebun teh yg sangat luas. Beberapa dari komunitas pencari air terjun dadakan ini pun pulang karena banyak hal. Ada yg cape, ga kuat, angkat tangan, menyerah ada juga yg  minta berhenti, minta di gendong, minta makan, minta minum, banyak permintaannya kayak kebanyakan cewek jaman sekarang hehehe. Yang tersisa dari kami berpikir realistis dan positif. Ada tanda tanda keberadaan air terjun, terlihat dari banyaknya pipa pipa besar yg ternyata untuk mengairi pedesaan disekitar situ.

Pemikiran positif ini ternyata dibarengi dengan beberapa kejadian mistis yg gue gak pernah percaya sebelumnya.

SPOILER : Ini bukan cerita fiksi, hantu maupun pemburu hantu. Tunggu aja update selanjutnya dari cerita yg gue tulis sendiri.

Buat meyakinkan para pembaca, disini bakal gue upload video perjalanan "berwarna" menyusuri air terjun yg hilang ini. Ciaaaaooo !!!



Penulis punya ig baru silahkan di follow:
@fry_andr

Untuk chapter 2 silahkan
https://moneylesstraveler.blogspot.co.id/2017/02/exploring-lost-waterfall-ciheulang-2.html