Senin, 19 Maret 2018

What is the Purpose of your Life?



Sama kayak mahasiswa semester akhir pada umumnya, gue juga lagi kebingungan tentang bagaimanacara melanjutkan hidup. Ya, sebagai mahasiswa dari fakultas pendidikan, kecenderungan gue dalam mengajar gak menggebu-gebu kayak orang lain. Misalnya, nyari tempat les buat pengalaman, atau mulai ngaja jadi guru beneran di sekolah.

Bukan orang jauh, temen deket gue juga udah pada mulai mencari tempat les. Pada saat itulah, gue merasa tertekan. Sebagai manusia yang gak punya pendirian jelas, gue mulai mencari jati diri. Banyak hal yang gue lakuin, kayak kerja jadi pelayan di restoran hingga SPB di distro terkemuka. Tetep aja kasarnya jongos, kan?

Kumpul-kumpul bareng temen, yang mereka omongin adalah kegiatan mengajar mereka. Ada yang bilang seru, menyenangkan, menyedihkan dsb. Hal tersebut sedikit membuat gue terbebani. That is why I murmur, “what is the purpose in my life?

Mulai dari situ, gue coba cari tau what passion I really desire and what  I really want to do. Hasilnya, gue sedikit dapet pencerahan. Gue buka usaha kecil-kecilan sama teman rumah. And well, I made a craft. Ya, gue punya bisnis lampu benang dan semacamnya. Cukup bagus, profit lancar, konsumen banyak sampai suatu hari, semua kalah sama waktu.

Bisnis sedikit terhambat lantaran malas, gak maju-maju dll. Di saat itu, gue masih suka membaca artikel dan menemukan sebuah artikel berjudul “IDN Times, Platform yang mengajak kaum millennial untuk menulis”. Kurang lebih kayak gitu deh. 

Semenjak saat itu, gue mencoba untuk menulis. Bukan hanya asal tulis, tetapi juga meresapi dan merasakan apa ide yang gue tuangkan di dalamnya. Lagi, semuanya akan datang ketika lo merasa terancam, tersesat dan gak tau lagi mau ngapain. It feels like nothing useful  in your life bruv.
Menulis di IDNTimes adalah cara gue menyalurkan kreatifitas. Gak pernah tersirat sebelumnya buat mendapatkan uang hingga setara gaji pokok PNS dalam sebulan, rekor terbesar yang pernah gue dapetin. 

I still remembered an article what I wrote first. Ya, gue pertama kali bikin artikel tentang review sebuah film. Sedikit lupa apa judulnya, tetapi mengisahkan an amazing journey yang dilakukan sama Christopher McCandles. Film tentang petualangan yang mengisahkan perjalan seorang pria mencari jati diri. Meninggalkan semua kekayaan dan pangkat untuk satu tujuan, yakni menyatu dengan alam.
Lo wajib nonton, judulnya Wild tahun 2008!

Pada pertama kali gue terbitkan artikel itu, gak ada rasa peduli apakah akan diterima oleh pihak editor. Well, I had a good news a week later. Artikel gue tayang untuk pertama kalinya. Semenjak saat itu, gue jadi rajin menulis. Because of passion, you can get paid. Because of passion, you can share what you want.

Betul banget, dengan passion, apapun menjadi mudah walaupun itu menyangkut dengan penghasilan.
Artikel pertama itu selalu gue pantengin. Gak nyangka, ada lebih dari 5000 orang yang baca. Gue sempet gak nyangka sama antusiasme sebesar itu. Oke, gue tau apa yang gue lakukan saat ini. MENULIS!

Gabung lagi dan ngobrol sama temen-temen, gue bilang sekarang lagi nulis. Walaupun gak menghasilkan banyak uang, pada awalnya, at least I felt happy. That’s what we need for life, isn’t it?
Bulan kedua dan bulan ketiga gue nulis, adalah saat-saat dimana IDNTimes mulai menggila dengan promonya. Oleh karena itu, gue membuat dua akun berbeda. Yang pertama, gue dedikasikan buat menulis tentang hal unik dan viral. Sedangkan yang kedua, membuat trivia atau hal unik yang gak pernah orang kira.

Well, it worked.

Kedua akun itu berjalan beriringan bahkan akun pertama pernah menembus peringkat kedua sedangkan akun kedua pernah mencapai peringkat ke-12. Wanna know how I can arrange my account? Hanya satu aja kuncinya, yakni konsisten.

Berapapun akun yang lu punya, selama lu konsisten dan mendedikasikan buat hal positif, pasti bakal memberikan dampak yang bagus buat lu dan orang sekitar.

Di setiap akun, gue menulis tiga artikel which is totalnya ada enam artikel gue buat dalam sehari. Gilak!!! Gue juga sempet bingung kenapa bisa melakukan sebanyak itu. Bahkan, dalam keadaan gue lagi skripsi dan yang ngembimbing adalah dekan sendiri. I was proud of myself.

Keberuntungan kemudian berpihak kepada gue. Selain sibuk nulis di IDNTimes, gue dapet panggilan ngajar. Walaupun pada awalnya sempat ragu, ternyata gue jalani dan gue suka. Nulis dan mengajar, keduanya berhasil berjalan beriringan bahkan sampe gue lulus kuliah.

Gak hanya itu, karena IDNTimes, gue juga bisa mengerti dunia penulisan secara luas. Yang paling terpenting adalah how to make money even infront of your laptop. Ya, nulis di IDNTImes memberikan lo uang kaget. Gimana enggak, Cuma duduk dan berpikir kreatif, lo bisa dapetin uang.

Di IDNTimes juga, gue mulai tau apa arti dari passion. Menurut gue passion bukanlah apa yang lo senangi tetapi lebih ke apa yang lu perjuangkan. Bagaimana cara merubah nasib melalui keyakinan dan kemauan serta tekad kerja keras.

Di IDNTimes juga gue mengerti kenapa kita harus berjuang dengan mimpi. Mungkin saat ini gue bukanlah orang hebat yang bisa membuat  novel dan semacamnya, tetapi gue bisa menjadi diri sendiri dan tidak tergantung dari orang lain. Tidak juga “ngetek” dari nama kedua orang tua gue.

Bermula dari IDNTimes, sekarang gue jadi jurnalis beneran. Well, siapa sangka jika menulis iseng menjadi sebuah pekerjaan. Gue lulus Oktober 2017 lalu dan gak kebingungan lagi nyari keinginan dalam hidup gue ya.

Saat ini, gue bekerja sebagai reporter di salah satu media olahraga ternama di Indonesia. Melenceng jauh dari dunia pendidikan. Namun, itu semua berkat IDNTimes yang memberikan jalan bagi anak muda yang mau mencoba berkarya lewat tulisannya.

Dari yang tidak mengerti penulisan hingga menjadi jurnalis sungguhan? Itu sungguh pengalaman yang gak akan pernah gue lupain.

Jumat, 09 Maret 2018

I am a man with a big dream



I am a man with a big dream.
Saking besarnya, gue lebih suka bermimpi dari mewujudkan hal tersebut.
Apakah semua orang terlahir untuk memandang remeh sesuatu? That is what I am feeling now. Gue orang yang suka melihat sesuatu dengan cara negatif. Ketika melihat ada seseorang yang lebih tinggi, gue akan berkata, “ah, paling juga ada bantuan” “ah, paling juga gak bisa apa-apa sendiri”

The statement comes out from my mouth. Bukan karena gue merasa lebih hebat, tetapi sebaliknya karena gue lebih rendah. Memojokan seseorang adalah cara buat gue menjadi pribadi yang paling benar instead gue malah yang seharusnya disalahkan.

I am a man with a big dream.

Gue suka banget liat travel blogger. Bahkan, gue kadang (baca: sering) suka ngiri melihat kehidupan mereka. Full of joy and happiness. Di sisi lain, gue merana sama kerjaan yang gue gak suka. Ini yang gue bingung, gue masuk ke dunia yang gue sukan, menulis tetapi gue merasa gak bahagia. Gue merasa tertekan, stress. Wajar sih, namanya juga manusia.

I am a man with a big dream.

Gue selalu mengira kalo gue tau apa yang gue suka padahal enggak. Banyak orang bilang kalo mikir make hati emang begitu. Ya, sometimes we have to think rational dari pada bawa perasaan. Kalo make hati pasti selalu salah.

Tekanan menjadi dewasa, membuat gue semakin mundur. Aneh? Kayaknya, enggak. Most of people would do the same thing. Even, sebagian dari mereka ada yang bunuh diri gegara gak sanggup 
menjalani hidup. Gue merasa masih diberkati dengan banyak kebahagiaan.

I am a man with a big dream

Gue pengen banget resign kerja. Gue pengen kabur dan menikmati pemandangan yang diciptakan tuhan dan diberikan secara percuma. Gue selalu berpikir untuk melakukan hal itu. Tapi, masalahnya itu keinginan hati, bukannya otak. Gue jadi takut kalo hal tersebut hanya sebuah kamuflase yang membuat terjerumus ke masalah yang lebih pelik.

Gue sering banger terinspirasi untuk melakukan hal itu tetapi pada akhirnya, itu cuman khayalan yang gak akan jadi kenyataan.

I am a man with a big dream

Umur gue boleh kepala dua, tetapi pemikiran gue masih kayak bocah. Bener sih kata pepatah, umur itu pasti tetapi dewasa itu pilihan. Namun, kenapa gue harus menjadi dewasa kalo suka dengan keadaaan kekanak-kanakan gue?

I am a man with big a dream

Semua orang boleh merasa jatuh, gak peduli lo itu cowok atau cewek. Gak peduli lo itu kuat ataupun lemah. Setiap orang pasti mempunyai fase dimana lo harus merengek dan berdiam diri tanpa berkata sepatah kata pun.

Semenjak tulisan ini diterbitkan, gue akan berubah menjadi orang yang lebih diam. Mencoba berpikir positif, berani menghadapi kenyataan betapapun pahitnya itu. Hidup memang pahit. Masalahnya, lo bisa gak menerimanya?

Someday, gue bakal keluar dari kerjaan dan bikin usaha sendiri. Gue gak mau hidup untuk membesarkan usaha orang lain. Gue harus hidup membesarkan perusahaan sendiri.