Rabu, 01 Februari 2017

Exploring the lost Waterfall "Ciheulang" #1

Waterfall is supposed to be a good place to take a selfie or savor the beauty of waterfall. Masalahnya, gimana kalo lo nemuin air terjun yg mungkin belum banyak orang kunjungi, weird, isn't it?
Ada sebuah curug di Cipendawa, daerah sekitaran hutan perbatasan dengan Gunung gede Pangrango. Nah, disitu kalo lo jalan menelusuri hutan tersebut, lo bakal nemuin air terjun Ciheulang. Sebenernya air terjun ini sama aja kayak air terjun lainnya. Namun, there are few horrible but hilarious accident when I got there. Misteri perkataan penduduk lokal yg katanya cuma 15 menit dari villa juga masih jadi pertanyaan (?).

Trying to search google, you'll not find many photos. Yap, cuma ada beberapa foto aja tentang curug ini. Itu juga udah tercampur sama foto dari curug lain. Bisa dibilang curug ini kayak upil yg nyempil which is sort of hard to find hehehehe. Air terjun ini, pernah gue kunjungi bersama teman satu kelas, pas gue mengakhiri semester 6. Berniat buat having fun and refreshing our mind (tetep fun sih) tapi, ada beberapa momen kocak dan creepy tentang perjalanan ke air terjun yg KATANYA PENDUDUK LOKAL CUMAN 15 MENIT !!! HAH!!!. Kenyataan emang gak pernah sama kayak yg kita harapkan sih hehehe.

Gue inget kalimat penting pas temen gue tanya tentang jalan menuju ke curug tersebut.

My friend said, "where is the nearest way to the  waterfall?,"
Local person said by pointing his finger "Just following the white roof,"

Oke, jadi kita semua mulai perjalanan menuju air terjun itu.

Ketika kami lagi bersiap siap, there was a moron conversation about having money or drinking water. Beberapa laki berkumpul di ruang depan, membahas tentang hal bodoh yang akan dilakukan di air terjun. Kami, pada awalnya, tidak tau kalo air terjun yg akan didatangi adalah air terjun yg belum dikelola oleh penduduk sekitar (sepertinya tidak akan pernah dikelola).

Temen 1 bilang,"Mendingan bawa air minum apa bawa uang aja ya?"
Temen 2 jawab dengan jawaban antara bodoh dan polos,"ngapain sih bawa minum, bawanya ribet. Mendingan kita bawa uang aja nanti kita bisa beli minum disana,"
(percakapan ngelantur itu akan sirna ketika mereka sampe ke tempat tersebut)

As people always said "regret always comes late"
Ungkapan yg tepat buat mereka yg lebih memilih buat bawa uang dari pada air minum.

Kami mulai dengan keluar dari villa menuju ke jalan kecil kearah rumah atap putih yg di kasih tau sama mas-mas penduduk lokal. Sampai dirumah beratap putih, kami cuma disuguhkan sama jalan kecil yg belum beraspal. Jalanan berbatu kerikil dan menanjak ini, jadi hal yg biasa buat para penduduk lokal, especialy for old people. Gue ngeliat banyak kakek dan nenek membawa berkarung-karung rumput. Entah untuk pakan ternak, atau apalah, yang pasti mereka cukup kuat buat bawa barang yg mungkin anak muda jaman sekarang banyak ngeluh (termasuk gue) untuk ngelakuin lagi. Terlebih, jalanan licin, setapak yg harus mereka lewati gak mudah. Salute for them !!

Back to the topic, perjalanan "gila" masih dilanjutkan dengan melewati banyak tanaman dan tumbuhan yg ditanam oleh warga sekitar. Seperti, kubis, kol, tomat, singkong, ubi dan macam lainnya (lebih lanjut mending baca di trubus). Jalan setapak melewati tanaman yg dibentuk secara sengkedan membuat perjalanan kami lebih berwarna (dengan kata lain "berbahaya"). Jalan semakin mengecil ketika kami tiba di sebuah tempat yg disatu sisi menjorok kebawah karena ditanami oleh tumbuhan. Video yg bakal gue upload nanti, bisa buat menggambarkan "berwarna" -nya perjalanan yg kami lakukan.

30 menit kami berjalan, tidak terdengar sumber air karena memang tempat tersebut masih jauh dr air terjun. It was like terrible, horrible, impossible destination to go. Perempuan mendominasi dalam perjalanan kami sangat terasa, ada beberapa yg minta berhenti, minta di gendong, minta makan, minta minum, banyak permintaannya kayak kebanyakan cewek jaman sekarang hehehe. Di satu sisi kami (para jantan) sangat kesal, sisi lainnya kasian (kasian deh lo!).

Perjalanan kami akhirnya benar benar berhenti ketika kami sampai di kebun teh yg sangat luas. Beberapa dari komunitas pencari air terjun dadakan ini pun pulang karena banyak hal. Ada yg cape, ga kuat, angkat tangan, menyerah ada juga yg  minta berhenti, minta di gendong, minta makan, minta minum, banyak permintaannya kayak kebanyakan cewek jaman sekarang hehehe. Yang tersisa dari kami berpikir realistis dan positif. Ada tanda tanda keberadaan air terjun, terlihat dari banyaknya pipa pipa besar yg ternyata untuk mengairi pedesaan disekitar situ.

Pemikiran positif ini ternyata dibarengi dengan beberapa kejadian mistis yg gue gak pernah percaya sebelumnya.

SPOILER : Ini bukan cerita fiksi, hantu maupun pemburu hantu. Tunggu aja update selanjutnya dari cerita yg gue tulis sendiri.

Buat meyakinkan para pembaca, disini bakal gue upload video perjalanan "berwarna" menyusuri air terjun yg hilang ini. Ciaaaaooo !!!



Penulis punya ig baru silahkan di follow:
@fry_andr

Untuk chapter 2 silahkan
https://moneylesstraveler.blogspot.co.id/2017/02/exploring-lost-waterfall-ciheulang-2.html


0 komentar:

Posting Komentar